POTENSI PERIKANAN KALIMANTAN BARAT
(Konservasi. Penangkapan dan
Budidaya)
Makalah Hukum Perikanan

OLEH
·
AWILIRIANATA
·
CLAUDIA IRINNE
·
DARSONO
·
FIRYOMANTO
·
RANO
·
SELVINA NETTY
·
TRI SELVI JULIANTI
·
YOLIUS DANIEL
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2012
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pemetaan keanekaragaman
hayati di pesisir tiap-tiap daerah terus ditingkatkan untuk pendayagunaan
potensi pesisir di sekitar daerah tersebut. Untuk itu diperlukan adanya
kegiatan eksplorasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat
tentang keanekaragaman jenis yang ada di daerah. Dari kumpulan informasi ini
akan didapatkan manfaat berupa data tentang potensi perairan sehingga dapat
dimanfaatkan terutama di bidang terkait, seperti perikanan dan pariwisata.
Kalimantan Barat
merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang
cukup tinggi. Keanekaragaman tersebut perlu dikaji lebih lanjut guna
mengumpulkan informasi dengan cara survei secara langsung sehingga didapatkan
data yang akurat.
1.2. Tujuan Dan Manfaat
II.
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
2.1.
Sejarah
Menurut kakawin Nagarakretagama (1365), Kalimantan Barat
menjadi taklukan Majapahit, bahkan sejak zaman Singhasari
yang menamakannya Bakulapura. Menurut Hikayat
Banjar (1663),
negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai
Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan
Banjar sejak zaman Hindu. Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda
berdagang dengan Sukadana. Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan
Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda. Sesuai
perjanjian 20 Oktober
1756 VOC Belanda berjanji
akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali
daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau,
Sintang
dan Lawai
(Kabupaten Melawi). Daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan
Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret
1778 negeri Landak dan Sukadana
(sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah
wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat
Sambas. Pada tahun itu pula Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam
direstui VOC Belanda sebagai Sultan
Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut. Pada
tahun 1789
Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang
diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah. Tahun 1846 daerah koloni Belanda
di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi
Borneo. Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan
asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato
sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah
asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu,
Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi,
Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman,
Ketan, dan Poenan [12]Pada
tanggal 4 Mei
1826 Sultan Adam
dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang
dan Lawai
(Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Menurut
Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini
termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van
Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849,
No. 8. Pada 1855,
negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan
Sambas.
Menurut Hikayat
Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai
dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah
kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan
menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat
Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri
melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan
disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian
para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan
Negara manapun.
Pada zaman pemerintahan Hindia
Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur
Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur
dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo
berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah
satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan
ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat
resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan
Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang
tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar
di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Timur.
2.2.
Kabupaten
dan Kota
Kalimantan Barat
adalah sebuah provinsi
di Indonesia
yang terletak di Pulau Kalimantan dan beribukotakan
Pontianak. Memiliki slogan
khusus yaitu “AKCAYA” yang terdapat pada lambang daerah. Sesuai yang tertulis
pada Peraturan Daerah No. 4 tahun 1964 dan berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR
Daerah Kalimantan Barat No. 2/SK/UM/1964 tgl. 24 Maret 1964, Tulisan
"AKCAYA" adalah bahasa Jawa Kuno yang bermaksud "Tak Kunjung Binasa":
kata-kata ini dalam sekali artinya, karena menggambarkan/mencerminkan sifat
Rakyat dan Daerah Kalimantan Barat yang pantang menyerah dalam melaksanakan
tugas Revolusi dengan 3 (tiga) kerangka Revolusinya yang digambarkan dalam tiga
lipatan.

Gambar
2.1. Lambang Daerah Kalimantan Barat
Luas
wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia).
Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Gambar 2.2. Luasan Kalimantan Barat dalam Blindmap (insert : Peta Indonesia)
Daerah
Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi
"Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang
mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering
dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan
jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat
telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Kalimantan
Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun
sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi
Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak
berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah
penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah
4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
No
|
Kabupaten/Kota
|
Ibu Kota
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
|
Kab.
Bengkayang
Kab.
Kapuas Hulu
Kab.
Kayong Utara
Kab.
Ketapang
Kab.
Kubu Raya
Kab.
Landak
Kab.
Melawi
Kab.
Pontianak
Kab.
Sambas
Kab.
Sanggau
Kab.
Sekadau
Kab.
Sintang
Kota
Madya Pontianak
Kota
Madya Singkawang
|
Bengkayang
Putussibau
Sukadana
Ketapang
Sungai
Raya
Ngabang
Nanga
Pinoh
Mempawah
Samabas
Sanggau
Sekadau
Sintang
|
2.3.
Sosio-Kultural
2.3.1. Suku Dan Kepercayaan
Menurut
sensus tahun 1930 penduduk Kalimantan Barat Laut (Afdeeling Singkawang dan
Afdeeling Pontianak, tidak termasuk afdeeling Ketapang dan afdeeling Sintang)
terdiri atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%), Banjar (1,06%), Bugis (9,85%),
Jawa (2,99%), suku lainnya (0,47%), tidak diketahui (12,88%). Sukubangsa tahun
1930 di seluruh Kalbar pada keempat afdeeling yang dominan besar yaitu Dayak (40,4%), Melayu (27,7%), bumiputera lainnya (18,3%) dan Tionghoa (13%) adapun komposisi
sukuk bangsa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Suku
Bangsa
|
Total
|
Porsentase
*
|
Borneo
Barat Laut
Rumpun
Dayak Kandayant
Rumpun
dayak lainnya
Melayu
Banjar
Jawa
Bugis
Rimpun
Tionghoa
Lainnya
|
454.172
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
|
Normalite
35
8
29,74
1,06
2,99
9,85
12,88
0,47
|
*) berdasarkan database Biro
Pusat Statistik KalBar (2000)
Mayoritas
penduduk Kalimantan Barat memeluk agama Islam
(57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%). Yang dimaksud dengan
lain-lain adalah atheisme atau kepercayaan tradisional masyarakat dibeberapa
daerah tertentu yang masih menyembah benda mati (keramat) dan benda hidup yang
dianggap tuhan.
2.4.
Potensi
Sumber Daya
2.4.1. Sumber Daya Alam
Sektor pertanian, khususnya bagi
daerah Kalbar, sampai saat ini ternyata masih merupakan tulang punggung
perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah dan devisa maupun
sumber penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduknya.
Tanaman
Pangan
Tidak berbeda jauh dengan tahun
2005 beberapa Sub sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Barat tahun
2006 beberapa komoditi mengalami penurunan produksi seperti padi sawah,
kacang hijau, dan beberapa sayuran. Variasi luas panen dan tingkat
produktivitas antar kabupaten/kota yang cukup tinggi membuat beberapa
kabupaten/kota mendominasi produksi komoditi tertentu.
Pertanian tanaman padi misalnya,
pada tahun 2006 didominasi produksi dari Kab. Sambas, Kab. Pontianak dan Kab.
Landak yang mencapai 58,28 persen dari total produksi propinsi sebesar
1.107.662 ton (Tabel 6.1.3). Produktivitas padi pada tahun 2006 ini tidak
berbeda jauh dengan tahun 2005, yaitu dari 2,906 ton perhektar menjadi 3,073
ton perhektar, jika dilihat dari jenis padi, produktivitas meningkat tetapi
terjadi penurunan luas panen, sehingga menyebabkan turunnya jumlah produksi
padi sawah. Sedangkan padi ladang selain produktivitas meningkat juga terjadi
peningkatan luas panen, yang mempengaruhi meningkatnya jumlah produksi.
Untuk tanaman palawija, produksi
jagung terbesar di Kabupaten Bengkayang yaitu 74,34 persen dari total
produksi Kalimantan Barat sebesar 136 782 ton atau naik 7,14 persen dari
tahun 2005. Sedangkan untuk ubi kayu naik 2,85 persen dengan produksi
terbesar dari Kabupaten Landak yaitu 47,51 persen dari 250.175 ton produksi
ubi kayu Kalimantan Barat.
Untuk ubi jalar produksi terbesar
adalah Kabupaten Pontianak yaitu 19,00 persen. Sementara produksi Kacang
Tanah terbesar Kabupaten Landak sebesar 54,50 persen. Kacang Kedelai dan
Kacang Hijau didominasi oleh Kabupaten Sambas yaitu masing-masing 69,85
persen dan 70,77 persen.
Sub sektor Pertanian Hortikultura
di Kalimantan Barat tahun 2006 umumnya mengalami penurunan dibanding tahun
2005. Untuk sayur-sayuran sebagian besar terjadi penurunan luas panen, yang
otomatis terjadi penurunan produksi, seperti kacang panjang, terung, kangkung,
bawang daun, tomat, dan buncis, kecuali pada cabe dan bayam.
Untuk buah-buahan hampir seluruh
komoditi mengalami peningkatan produktivitas, yang sangat drastis yaitu Nanas
dan jeruk (tabel 6.1.6). Produksi buah-buahan di Kalimantan Barat cukup tersebar
di seluruh Kabupaten/Kota, hanya beberapa komoditi yang terpusat di beberapa
Kabupaten/Kota, seperti jeruk di Kabupaten Sambas, mangga di Kabupaten
Ketapang, nenas dan pisang di Kabupaten Pontianak.
Perkebunan
Data yang disajikan pada sub bab
ini adalah data tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan
besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh suatu badan usaha/hukum di
atas tanah negara dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang. Di
luar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.
Berdasarkan data yang dikirim oleh
Dinas Perkebunan propinsi, dari beberapa jenis tanaman yang diusahakan oleh
perkebunan besar (diantaranya karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida), hanya
kelapa sawit yang sudah beroperasi secara konsisten.
Untuk komoditi kelapa sawit khusus
perkebunan besar selama kurun waktu 2003-2005 luas tanaman trendnya mengalami
kenaikan, tahun 2005 naik 4,33 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan
produksinya naik 35,34 persen, hal ini disebabkan tanaman yang tahun sebelumnya
belum produksi tahun 2005 mulai produksi. Tetapi untuk perkebunan rakyat
pertumbuhan luas tanam dan produksi hanya sebesar 3,25 persen dan 2,89
persen. Perbandingan produktivitas perkebunan besar dan perkebunan rakyat
tahun 2005 yaitu 2,22 ton per Ha berbanding 1,69 ton per Ha.
Penghasil kelapa sawit terbesar
adalah Kabupaten Sanggau yang mencapai 171.472 ton atau 40,05 persen dari
total produksi Kalimantan Barat. Persentase ini menurun dibanding tahun
sebelumnya, hal ini mengindikasikan kabupaten lain juga mulai
menanam/memproduksi kalapa sawit.
Luas tanam dan produksi tanaman
karet tahun 2005 mengalami kenaikan Masing-masing sebesar 2,14 persen dan
12,44 persen dengan produktivitas 0,47 ton per Ha. Sementara itu, produksi
kelapa hybrida juga meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 61,31 persen.
Tanaman kopi, lada, dan kakao. Tahun 2005 produksi tanaman lada dan kopi
mencapai masing-masing sebesar 4.412 ton dan 4.630 ton, sedang kakao sebesar
1.819 ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya masing-masing meningkat 0,68
persen dan 13,15 persen , tetapi mengalami penurunan 0,94 persen.
Peternakan
Data yang disajikan dalam sub bab
ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehewanan dan
Peternakan. Pada tahun 2005 untuk golongan ternak besar, sapi tercatat
sebanyak 158.791 ekor sedangkan kerbau sebanyak 4.185 ekor. Golongan ternak
kecil, yang terbanyak adalah babi yaitu 372.172 ekor, sedangkan kambing
tercatat 106.814 ekor.
Untuk perkembangan ternak unggas ,
Ternak Ayam Petelur dan Ayam Ras meningkat masing-masing sebesar 6,08 persen
dan 4,54 persen, dan Itik naik 6,60 persen, sedangkan ayam Buras mengalami
penurunan kurang lebih 4 persen.
Produksi daging yang berasal dari
pemotongan ternak untuk tahun 2005 untuk daging sapi adalah sebesar 4.798
ton, sedangkan daging babi mencapai 5.775 ton masing-masing mengalami
peningkatan 11,11 persen dan 39,90 persen, dan kambing mencapai 280 ton.
turun sangat drastic yaitu 74 persen dibanding tahun sebelumnya. Kebanyakan
produksi daging berasal dari Kota Pontianak, meskipun demikian produksi
daging dari ayam buras dan itik/bebek/itik manila terlihat lebih merata di
semua kabupaten/kota.
Produksi telur pada tahun 2005
mencapai 1.856 ton atau turun 3.88 persen untuk ayam buras, 16.335 ton untuk
ayam ras petelur dan 1.597 ton untuk itik/bebek/itik manila, masing-masing
naik 0,7 persen dan turun 5,01 persen.
Perikanan
Secara geografis, potensi
Kalimantan Barat di bidang perikanan cukup prospektif, baik perikanan laut
maupun perairan umum. Jumlah rumahtangga perikanan pada tahun 2005 untuk
perikanan laut dan perairan umum mengalami penurunan, sebaliknya perikanan
budidaya meningkat cukup signifikan yaitu 61,82 persen dari tahun sebelumnya,
dari 8.971 rumah tangga tahun 2004 menjadi 14.517 rumah tangga di tahun 2005.
Untuk rumahtangga perairan laut dan peraian umum tahun 2004 masing-masing
dari jumlah 8.008 rumahtangga dan 6.472 rumahtangga turun menjadi 7.422 ruta
dan 4.928 ruta pada tahun 2005
Sedangkan produksi perikanan
untuk tahun 2005 perairan laut menunjukkan penurunan disebabkan naiknya harga
Bahan Bakar Minyak (BBM), sedangkan perairan umum maupun budidaya perikanan
menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu 44,34 persen dan 77,14
persen. Untuk produksi perikanan laut turun sebesar 6,98 persen, walaupun
penurunan produksi perikanan laut lebih kecil dari kenaian perairan umum dan
budi daya cukup berpengaruh terhadap total produksi diKalimantan
Barat.menurun tetapi jika dilihat jika dilihat dari nilainya cukup besar
sehingga sangat menguntungkan rumahtangga perikanan. Nilai produksi tertinggi
dialami oleh sub sektor perikanan laut, disusul kemudian oleh peraairan umum
, dan budidaya perikanan.
Jika dilihat dari alat
penangkapannya rumahtangga perikanan di parairan laut sudah didominasi dengan
kapal motor, berbeda dengan perairan umum yang masih didominasi perahu tanpa
motor. Sedangkan untuk rumahtangga budidaya perikanan rata-rata penguasaan
lahan bersih pemeliharaan seluas 0,71 Hektar.
Kehutanan
Kalimantan Barat termasuk salah
satu propinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas setelah Irian Jaya,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, yaitu sekitar 6,39 persen dari luas
kawasan hutan di Indonesia.
Luas kawasan hutan di Propinsi
Kalimantan Barat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.259/KPTS-II/2000
tanggal 31 Agustus 2001 adalah sebesar 9.178.760 ha yang terbagi atas kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Dalam kawasan lindung, hutan lindung memiliki
luas terbesar yaitu 2.307.045 ha, setelah itu adalah hutan taman nasional
seluas 1.252.895 ha. Selanjutnya dalam kawasan budidaya sebagian besar adalah
untuk hutan produksi terbatas sebesar 2.445.985 ha dan 2.265.800 ha merupakan
hutan produksi biasa. Sedangkan hutan produksi konversi hanya mencapai
514.350 ha
|
2.4.2. Sumber Daya Manusia
Penduduk yang berumur lima belas tahun ke
atas merupakan penduduk usia kerja, di mana pada usia ini merupakan sumber
tenaga kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak roda
pembangunan.
Komposisi penduduk yang bekerja di
Provinsi Kalimantan Barat, masih didominasi oleh pekerja yang ber pendidikan
rendah, yaitu sekitar 81,88 persen adalah tamat SLTP kebawah. Lapangan usaha
yang paling dominan adalah sektor pertanian yaitu menyerap sekitar 63,87 persen
threaded total angkatan kerja yang bekerja.
Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Kalimantan Barat sebanyak 1.969.298 orang, dimana 1.830.244 orang yang bekerja
(92,94 persen). Dengan demikian, angkatan kerja Kalimantan Barat yang belum
terserap pada pasar kerja pada tahun 2006 adalah 139.054 jiwa. Hal ini mengindikasikan
adanya pengangguran terbuka sebesar 7,06 persen. Sedangkan Untuk yang bukan
angkatan kerja sebanyak 904.740 jiwa dimana sekitar 26,85 persennya karena
bersekolah atau berjumlah 242.949 jiwa,, mengurus rumahtangga 521.354 jiwa
(57,62 persen) dan lain-lain sebanyak 140.437 orang (15,52 persen)
masing-masing terhadap total.
Statistik
Antar Kerja
Pertumbuhan pencari kerja (terdaftar)
daerah Kalimantan Barat dari tahun ke tahun berfluktuasi besarnya. Pada tahun
2005 pencari kerja tercatat sebesar 95.164 orang, menurun jika dibanding dengan
tahun 2004 dan 2003 yang masing-masing mencapai 89.215 dan 33.962 orang
Jika melihat pertumbuhan pencari kerja
daerah Kalimantan Barat pada tahun 2003-2005 amat pesat, diduga Ini merupakan
salah satu dampak konsekuensi dari makin meningkatnya aktivitas pembangunan
wilayah. Namun sayangnya, permintaan akan tenaga kerja selalu lebih rendah dari
pada penawaran kerja sehingga munculnya pengangguran merupakan ekses yang tidak
dapat dihindari.
Penyebaran penduduk
yang tidak merata dapat menimbulkan berbagai permasalahan, misalnya kepincangan
pembangunan daerah dan masalah sosial, ekonomi, budaya, hankamnas serta
lainnya. Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka telah diupayakan adanya
perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya, khususnya dari daerah
padat ke daerah yang kurang padat penduduknya seperti dari Pulau Jawa dan NTB
ke Sumatera, Kalimantan, dan kawasan Indonesia Bagian Timur.
Transmigrasi
Realisasi penempatan
transmigrasi menurut daerah asal tahun 2006 sebanyak 820 Kepala Keluarga (KK)
atau sebanyak 3.257 Jiwa. Lokasi penempatan terbanyak di Kabupaten Kapuas Hulu
dan Kabupaten Ketapang. Dilihat dari asal para transmigran khusus yang berasal
dari luar Kalimantan Barat, terbanyak berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat
masing-masing sebanyak 189 KK dan 100 KK.
Transmigrasi yang berasal dari Jawa
Tengah, sebagian besar ditempatkan di Kabupaten Ketapang yaitu sebanyak 84 KK,
Kabupaten Pontianak 35 KK, dan Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 50 KK.
Secara umum, transmigrasi yang berasal
dari luar Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 ditempatkan di empat
wilayah Kabupaten yaitu berturut -turut dari yang terbanyak
adalah Kabupaten Ketapang 125 KK, Kabupaten Kapuas Hulu 100 KK, Kabupaten
Pontianak.
III.
POTENSI
PERIKANAN DI WILAYAH KALIMANTAN BARAT
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di
bagian barat pulau Kalimantan. Sama halnya dengan provinsi Kalimantan lainnya,
provinsi ini pun memiliki potensi pengembangan perikanan budidaya utamanya air
tawar disamping potensi perikanan budidaya laut dan potensi perikanan budidaya
air payaunya.
Provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia ini,
pada tahun 2009 produksi perikanan budidayanya telah mencapai 15.204,78 ton
yang meningkat sebesar 7,37 persen dari tahun 2008 yaitu sebesar 14.161,44 ton.
Komoditas unggulan untuk provinsi ini adalah ikan mas, nila, lele,
bandeng, dan udang vannamei. Pada tahun 2009 produksi kelima komoditas tersebut
menyumbang sebagian besar total produksi perikanan budidaya provinsi Kalimantan
Barat.
Dengan luas wilayah 146.807
km2 dan didukung iklim tropis basah yang memiliki tingkat curah hujan yang
relatif konstant setiap tahunnya serta suhu yang berkisar antara 26-27°C dengan
kelembaban nisbi 90 % sebenarnya wilayah kalimantan barat memiliki prospektif
perikanan yang sangat baik, ditambah lagi kondisi perairan laut, payau dan
tawarnya terpenuhi secara geografis. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah lahan
bersih untuk budidaya air tawar yang masih dimanfaatkan mencapai 77,14 % (BPS,
2007).
Selain itu, keadaan
lahan di provinsi yang banyak rawa dan bergambut merupakan berkah tersendiri
bagi masyarakat perikanan disana, utamanya untuk pengembangan perikanan
budidaya dalam bentuk kolam. Komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan pada
budidaya kolam antara adalah ikan mas, nila, jelawat, lele, toman betutu, patin
, gurame dan udang yang galah. Kesemua komoditas ini sangat mudah ditemukan
diperairan Kalimantan barat karena memang kondisi lahan dan perairannya yang
sangat mendukung untuk kelangsungan hidupnya.
Potensi pengembangan
budidaya pada provinsi Kalimantan barat masih sangat terbuka. Dari lahan yang
berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan perikanan budidaya hanya sedikit
sekali yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di sana untuk berbudidaya ikan.
Hanya sekitar 1 (satu) persen saja lahan atau sebesar 2005 ha yang sudah
termanfaatkan dari total 158.793 ha lahan yang memiliki potensi usaha perikanan
budidaya di provinsi kalimantan barat
Tetapi
tidak semua kabupaten dan kota yang memiliki potensi perikanan yang baik dan
berkembang, hal ini dikarenakan tidak semua daerah berada di garis pantai
maupun diwilayah perairan daratan. Potensi perikanan laut terbesar sendiri
berasal dari kota madya Singkawang, potensi perikanan payau tetapi masih dalam tahap
buiding berada pada kabupaten Kubu
Raya dan Kayong Utara, kemudian untuk perikanan tawar hampir setiap kabupaten
memiliki angka produksi perikanan air tawar hal ini didukung dengan pendirian
sarana Balai Benih Ikan dibeberapa wilayah pada beberapa kabupaten.
1)
Kabupaten
Kapuas Hulu
Kapuas hulu merupakan salah satu kabupaten yang
berlokasi di wilayah paling utara kalimantan barat, dikenal pula dengan sebutan
Uncak Kapuas karena letaknya dibagian atas (puncak). Kapuas Hulu memiliki
kawasan hamparan banjir (floodplain)
yang membentuk danau air tawar dengan nama danau sentarum dan sekarang
dijadikan Taman Nasional sesuai keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
34/Kpts- II/1999 tanggal 4 Pebruari 1999.

Gambar
3.1. Danau Sentarum
Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah
Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700
kilometer dari Pontianak. Secara administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh)
Kecamatan yaitu Kecamatan Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid,
Selimbau dan Kecamatan Semitau. Secara Geografis kawasan Taman Nasional
terletak di antara 00º45´ - 01º02´ LU dan 111º55´ - 112º26´ BT atau berjarak
sekitar 100 km di sebelah Utara garis Equator.
Topografi Danau Sentarum umumnya berbentuk cekungan
datar atau lebak lebung yang merupakan daerah hamparan banjir yang dikelilingi
oleh jajaran pegunungan, yaitu Pegunungan Lanjak di sebelah Utara,Pegunungan
Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan dan Pegunungan Kelingkang di
sebelah Barat.
Danau sentarum menjadi rumah bagi ratusan jenis ikan
air tawar. Ikan air tawar di Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebanyak
265 jenis. Mulai dari yang kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax
cf. Microps) sampai ikan Tapah (Wallago leeri), yang dapat mencapai
ukuran lebih dari 200 cm. Jenis ikan untuk konsumsi seperti ikan Toman, Lais,
Belida, Jelawat dan Patin terdapat di sini. Jenis ikan hias misalnya ikan
Ulanguli (Botia macracantho) dan ikan Siluk Merah Super (Scleropages
formosus). Selain kaya akan jumlah species, beberapa diantaranya merupakan
jenis endemik dan langka, misalnya saja
terdapat 13 jenis ikan yang tergolong dalam species baru (new species).

Gambar 3.2. Ikan Ulanguli (Botia macracanthus)
Sepanjang aliran danau juga terdapat beberapa
keramba bambu milik swasta. Budidaya ikan yang warga sekitar sentarum lakukan
kebanyakan jenis ikan lele, kepiting dan ada beberapa yang melakukan budidaya
sekaligus menjual panganan ikan buntal (puff).
Sektor perikanan sangat tampak dari hasil tangkap warga. Warga sekitar danau
kebanyakan menggantungkan hidup dari menangkap ikan sungai secara tradisonal
menggunakan jala (pukat). Jenis ikan sungai yang memiliki nilai ekonomi tinggi
diwilayah ini antara lain ikan seluang (rasbora
sp), ikan tapah, ikan pating (pangasius
sp) dan ikan lais/selais/seles.
2)
Kabupaten
dan Kota Madya Pontianak
Sungai kapuas yang menjadi ikon provinsi Kalimantan barat
disamping tugu khatulistiwa menyimpan potensi pengembangan budidaya perairan
tawar. Sepanjang sungai kapuas saat ini telah berkembangan banyak kelompok
pembudidaya yang membudidayakan ikan mas dan ikan nila menggunakan media
karamba jaring apung dan karamba jaring tancap. Komoditas yang sering dan dapat
dikembangkan disini adalah ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan gurame, ikan lele, jelawat dan toman. Peluang untuk pengembangan budidaya karamba
jaring apung dan jaring tancap masih terbuka lebar.

Gambar 3.3. Aliran Utama
Sungai Kapuas (captured : Tol Landak /Kapuas II)
Sungai yang bermuara di selat karimata ini memiliki panjang
total 1.143 km2, dan 680 km2 dari panjang total berada di
Kalimantan Barat ini membagi dua kabupaten Pontianak (Siantan dan Pontianak
kota). Sungai ini menjadi rumah bagi 300 jenis ikan sungai, dan 25 %
diantaranya ikan endemik kalimantan (Dislautkan Prov, 2010).
Potensi perikanan yang ada selain ikan konsumsi, terdapat
juga budidaya ikan hias yang menjadi ikon Kalimantan Barat yaitu ikan arwana
atau dalam bahasa setempat disebut ikan silok. Budidaya ikan arwana ini
tergolong budidaya skala besar. Anakan arwana akan diekspor ke China, Thailand
dan Singapore. Harga untuk benih arwana jenis super red berukuran 1-2 cm berkisar antara Rp. 500,000 hingga
750.000 tergantung kecerahan warna.
Dapat dilihat bahwa potensi perikanan di wilayah kabupaten
Pontianak dan Kodya Pontianak memiliki potensi sangat baik, hanya saja
dibutuhkan pengelolaan lanjut untuk beberapa keramba apung yang ada, karena
tata letaknya sepanjang sungai kapuas kurang tertata.
3)
Kabupaten
Kubu Raya dan Kayong Utara
Kabupaten Kubu Raya dan kabupaten Kayong Utara merupakan
dua kabupaten baru yang keduanya terbentuk pada tahun 2007. Kabupaten Kubu Raya
merupakan pecahan dari kabupaten Pontianak, sedangkan kabupaten Kayong Utara
merupakan pecahan dari kabupaten Ketapang.
Kedua kabupaten ini menjadi Sentral Konservasi Pesut (Orcaella
brevirostris). Keberadaan pesut sejak tahun 2006 dinyatakan punah dari
sungai-sungai dan perairan payau di Kalimantan. Tetapi, pada pertengahan
februari 2012 lalu, Tim WWF indonesia beserta Badan Pengembangan Sumber Daya
Pesisir dan Laut (BPSDPL) berhasil mengidentifikasi dan membuktikan keberadaan
Pesut putih atau lumba-lumba punggung bungkuk.
Penemuan
hewan langka ini membuat Dinas Perikanan dan Kelautan (Dislautkan) Provinsi
Kalimantan Barat sesuai dengan Perda Provinsi Kalbar No 4 tahun 2009 Pasal 14
mengenai Pemanfatan Wilayah Posisir poin konservasi mengambil keputusan membuat
wilayah konservasi terpadu khusus hewan ini.
Kedua
kabupaten ini bukan merupakan sentra perikanan ekonomi dan ikan hias, melainkan
dijadikan sebagai wilayah pelestarian Pesut yang sebelumnya dinyatakan punah.
Kedepannya, setelah wilayah konservasi terbentuk, pemerintah beserta tim WWF
akan mendatangkan tim genetika dan breeder untuk mempelajari genetika dan
perkembangbiakan Pesut, sehingga diharapkan dapat dilakukan perkawinan atau
pemijahan buatan pada Pesut.
4)
Kabupaten
Sambas
Kabupaten sambas
memiliki potensi perikanan berupa wilayah konservasi dan pelestarian penyu
hijau (Chelonia mydas) yang terdapat
di wilayah pantai Paloh, kecamatan Paloh.
Wilayah konservasi ini didirakan oleh WWF bekerjasama
dengan Pemerintah Daerah Sambas pada tahun 2009. Berdasarkan data dari WWF
(2011), pada awal tahun konservasi telah berhasil menyelamatkan 93 % telur dari
penjarahan dan pencurian, 14.980 ekor tukik berhasil dilepaskan kelaut lepas
pada tahun penetasan pertama.
Hal ini merupakan upaya pelestarian dan pertahanan
potensi perikanan laut dalam bentuk konservasi penyu.
5)
Kota
Madya Singkawang
Kota Madya Singkawang merupakan wilayah yang memiliki
sumber daya perikanan laut dan wisata bahari paling luas di Kalimantan Barat.
Kebanyakan penduduknya memang menggantungkan hidup dari bertani, menangkap ikan
(nelayan) dan berdagang.
Kota yang dikenal dengan kota Amoy ini, tidak hanya
memiliki puluhan lokasi wisata berupa taman bermain dan taman bunga, wisata
Klenteng dan Vihara tua, tetapi juga wisata pantai (bahari) dan baru-baru ini
menjadi surga diving and snorkling
bagi para pecinta keindahan bawah laut.
Salah satu tempat yang menjadi surga diving and snorkling adalah pulau Lemukutan, yang berada di Teluk
Suak. Pulau ini termasuk kedalam wilayah Kalimantan Barat karena masih dalam
batas perairan Kalimantan Barat.

Gambar 3.4. Pulau Lemukutan
Penduduk asli pulau ini hampir 60 % berprofesi sebagai
nelayan tradisional, 22,34 % sebagai pembudidaya rumput laut jenis Euchema cottoni, 10,23 % menangkap ikan
dengan jermal (dalam bahasa setempat disebut bagan) dan pengusaha keramba
jaring apung sisanya menggantungkan hidup dari bertani (BPS Kab. Bengkayang,
2012).

Gambar 3.5. Jermal-jermal yang berada di Pantai
Kabung, Pulau Lemukutan
Selain itu wilayah ini
menjadi wilayah konservasi terumbu karang dan beberapa spesies ikan hias air
laut, salah satu yang paling banyak ditemukan adalah ikan Clown (Amphiprion ocellaris). Wilayah pulau
Lemukutan juga dijadikan sebagai tempat penetasan telur penyu dan release tukik.