Selasa, 27 Agustus 2013

Potensi Kalimantan Barat


POTENSI PERIKANAN KALIMANTAN BARAT
(Konservasi. Penangkapan dan Budidaya)


Makalah Hukum Perikanan

OLEH
·     AWILIRIANATA
·     CLAUDIA IRINNE
·     DARSONO
·     FIRYOMANTO
·     RANO
·     SELVINA NETTY
·     TRI SELVI JULIANTI
·     YOLIUS DANIEL



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2012



I.              PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Pemetaan keanekaragaman hayati di pesisir tiap-tiap daerah terus ditingkatkan untuk pendayagunaan potensi pesisir di sekitar daerah tersebut. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan eksplorasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang keanekaragaman jenis yang ada di daerah. Dari kumpulan informasi ini akan didapatkan manfaat berupa data tentang potensi perairan sehingga dapat dimanfaatkan terutama di bidang terkait, seperti perikanan dan pariwisata.
Kalimantan Barat merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman tersebut perlu dikaji lebih lanjut guna mengumpulkan informasi dengan cara survei secara langsung sehingga didapatkan data yang akurat.
1.2.       Tujuan Dan Manfaat

II.           PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2.1.       Sejarah
Menurut kakawin Nagarakretagama (1365), Kalimantan Barat menjadi taklukan Majapahit, bahkan sejak zaman Singhasari yang menamakannya Bakulapura. Menurut Hikayat Banjar (1663), negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar sejak zaman Hindu. Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana. Sejak 1 Oktober 1609, Kerajaan Sambas menjadi daerah protektorat VOC Belanda. Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi). Daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut. Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo. Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan [12]Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, 14 daerah di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Karesidenan Sambas.
Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.
Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

2.2.       Kabupaten dan Kota
Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak. Memiliki slogan khusus yaitu “AKCAYA” yang terdapat pada lambang daerah. Sesuai yang tertulis pada Peraturan Daerah No. 4 tahun 1964 dan berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Daerah Kalimantan Barat No. 2/SK/UM/1964 tgl. 24 Maret 1964, Tulisan "AKCAYA" adalah bahasa Jawa Kuno yang bermaksud "Tak Kunjung Binasa": kata-kata ini dalam sekali artinya, karena menggambarkan/mencerminkan sifat Rakyat dan Daerah Kalimantan Barat yang pantang menyerah dalam melaksanakan tugas Revolusi dengan 3 (tiga) kerangka Revolusinya yang digambarkan dalam tiga lipatan.
Gambar 2.1. Lambang Daerah Kalimantan Barat

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Gambar 2.2. Luasan Kalimantan Barat dalam Blindmap (insert : Peta Indonesia)

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.
Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).
No
Kabupaten/Kota
Ibu Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kab. Bengkayang
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Kayong Utara
Kab. Ketapang
Kab. Kubu Raya
Kab. Landak
Kab. Melawi
Kab. Pontianak
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Sekadau
Kab. Sintang
Kota Madya Pontianak
Kota Madya Singkawang
Bengkayang
Putussibau
Sukadana
Ketapang
Sungai Raya
Ngabang
Nanga Pinoh
Mempawah
Samabas
Sanggau
Sekadau
Sintang


2.3.       Sosio-Kultural
2.3.1. Suku Dan Kepercayaan
Menurut sensus tahun 1930 penduduk Kalimantan Barat Laut (Afdeeling Singkawang dan Afdeeling Pontianak, tidak termasuk afdeeling Ketapang dan afdeeling Sintang) terdiri atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%), Banjar (1,06%), Bugis (9,85%), Jawa (2,99%), suku lainnya (0,47%), tidak diketahui (12,88%). Sukubangsa tahun 1930 di seluruh Kalbar pada keempat afdeeling yang dominan besar yaitu Dayak (40,4%), Melayu (27,7%), bumiputera lainnya (18,3%) dan Tionghoa (13%) adapun komposisi sukuk bangsa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Suku Bangsa
Total
Porsentase *
Borneo Barat Laut
Rumpun Dayak Kandayant
Rumpun dayak lainnya
Melayu
Banjar
Jawa
Bugis
Rimpun Tionghoa
Lainnya
454.172
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Unaccount
Normalite
35
8
29,74
1,06
2,99
9,85
12,88
0,47
*) berdasarkan database Biro Pusat Statistik KalBar (2000)

Mayoritas penduduk Kalimantan Barat memeluk agama Islam (57,6%), Katolik (24,1%), Protestan (10%), Buddha (6,4%), Hindu (0,2%), lain-lain (1,7%). Yang dimaksud dengan lain-lain adalah atheisme atau kepercayaan tradisional masyarakat dibeberapa daerah tertentu yang masih menyembah benda mati (keramat) dan benda hidup yang dianggap tuhan.

2.4.       Potensi Sumber Daya
2.4.1. Sumber Daya Alam
Sektor pertanian, khususnya bagi daerah Kalbar, sampai saat ini ternyata masih merupakan tulang punggung perekonomian daerah, baik sebagai penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduknya.
Tanaman Pangan
Tidak berbeda jauh dengan tahun 2005 beberapa Sub sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Barat tahun 2006 beberapa komoditi mengalami penurunan produksi seperti padi sawah, kacang hijau, dan beberapa sayuran. Variasi luas panen dan tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yang cukup tinggi membuat beberapa kabupaten/kota mendominasi produksi komoditi tertentu. 
Pertanian tanaman padi misalnya, pada tahun 2006 didominasi produksi dari Kab. Sambas, Kab. Pontianak dan Kab. Landak yang mencapai 58,28 persen dari total produksi propinsi sebesar 1.107.662 ton (Tabel 6.1.3). Produktivitas padi pada tahun 2006 ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2005, yaitu dari 2,906 ton perhektar menjadi 3,073 ton perhektar, jika dilihat dari jenis padi, produktivitas meningkat tetapi terjadi penurunan luas panen, sehingga menyebabkan turunnya jumlah produksi padi sawah. Sedangkan padi ladang selain produktivitas meningkat juga terjadi peningkatan luas panen, yang mempengaruhi meningkatnya jumlah produksi.
Untuk tanaman palawija, produksi jagung terbesar di Kabupaten Bengkayang yaitu 74,34 persen dari total produksi Kalimantan Barat sebesar 136 782 ton atau naik 7,14 persen dari tahun 2005. Sedangkan untuk ubi kayu naik 2,85 persen dengan produksi terbesar dari Kabupaten Landak yaitu 47,51 persen dari 250.175 ton produksi ubi kayu Kalimantan Barat.
Untuk ubi jalar produksi terbesar adalah Kabupaten Pontianak yaitu 19,00 persen. Sementara produksi Kacang Tanah terbesar Kabupaten Landak sebesar 54,50 persen. Kacang Kedelai dan Kacang Hijau didominasi oleh Kabupaten Sambas yaitu masing-masing 69,85 persen dan 70,77 persen.
Sub sektor Pertanian Hortikultura di Kalimantan Barat tahun 2006 umumnya mengalami penurunan dibanding tahun 2005. Untuk sayur-sayuran sebagian besar terjadi penurunan luas panen, yang otomatis terjadi penurunan produksi, seperti kacang panjang, terung, kangkung, bawang daun, tomat, dan buncis, kecuali pada cabe dan bayam.
Untuk buah-buahan hampir seluruh komoditi mengalami peningkatan produktivitas, yang sangat drastis yaitu Nanas dan jeruk (tabel 6.1.6). Produksi buah-buahan di Kalimantan Barat cukup tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, hanya beberapa komoditi yang terpusat di beberapa Kabupaten/Kota, seperti jeruk di Kabupaten Sambas, mangga di Kabupaten Ketapang, nenas dan pisang di Kabupaten Pontianak.
Perkebunan
Data yang disajikan pada sub bab ini adalah data tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh suatu badan usaha/hukum di atas tanah negara dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang. Di luar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.
Berdasarkan data yang dikirim oleh Dinas Perkebunan propinsi, dari beberapa jenis tanaman yang diusahakan oleh perkebunan besar (diantaranya karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida), hanya kelapa sawit yang sudah beroperasi secara konsisten.
Untuk komoditi kelapa sawit khusus perkebunan besar selama kurun waktu 2003-2005 luas tanaman trendnya mengalami kenaikan, tahun 2005 naik 4,33 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan produksinya naik 35,34 persen, hal ini disebabkan tanaman yang tahun sebelumnya belum produksi tahun 2005 mulai produksi. Tetapi untuk perkebunan rakyat pertumbuhan luas tanam dan produksi hanya sebesar 3,25 persen dan 2,89 persen. Perbandingan produktivitas perkebunan besar dan perkebunan rakyat tahun 2005 yaitu 2,22 ton per Ha berbanding 1,69 ton per Ha.
Penghasil kelapa sawit terbesar adalah Kabupaten Sanggau yang mencapai 171.472 ton atau 40,05 persen dari total produksi Kalimantan Barat. Persentase ini menurun dibanding tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan kabupaten lain juga mulai menanam/memproduksi kalapa sawit.
Luas tanam dan produksi tanaman karet tahun 2005 mengalami kenaikan Masing-masing sebesar 2,14 persen dan 12,44 persen dengan produktivitas 0,47 ton per Ha. Sementara itu, produksi kelapa hybrida juga meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 61,31 persen. Tanaman kopi, lada, dan kakao. Tahun 2005 produksi tanaman lada dan kopi mencapai masing-masing sebesar 4.412 ton dan 4.630 ton, sedang kakao sebesar 1.819 ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya masing-masing meningkat 0,68 persen dan 13,15 persen , tetapi mengalami penurunan 0,94 persen.
Peternakan
Data yang disajikan dalam sub bab ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kehewanan dan Peternakan. Pada tahun 2005 untuk golongan ternak besar, sapi tercatat sebanyak 158.791 ekor sedangkan kerbau sebanyak 4.185 ekor. Golongan ternak kecil, yang terbanyak adalah babi yaitu 372.172 ekor, sedangkan kambing tercatat 106.814 ekor.
Untuk perkembangan ternak unggas , Ternak Ayam Petelur dan Ayam Ras meningkat masing-masing sebesar 6,08 persen dan 4,54 persen, dan Itik naik 6,60 persen, sedangkan ayam Buras mengalami penurunan kurang lebih 4 persen.
Produksi daging yang berasal dari pemotongan ternak untuk tahun 2005 untuk daging sapi adalah sebesar 4.798 ton, sedangkan daging babi mencapai 5.775 ton masing-masing mengalami peningkatan 11,11 persen dan 39,90 persen, dan kambing mencapai 280 ton. turun sangat drastic yaitu 74 persen dibanding tahun sebelumnya. Kebanyakan produksi daging berasal dari Kota Pontianak, meskipun demikian produksi daging dari ayam buras dan itik/bebek/itik manila terlihat lebih merata di semua kabupaten/kota.
Produksi telur pada tahun 2005 mencapai 1.856 ton atau turun 3.88 persen untuk ayam buras, 16.335 ton untuk ayam ras petelur dan 1.597 ton untuk itik/bebek/itik manila, masing-masing naik 0,7 persen dan turun 5,01 persen.
Perikanan
Secara geografis, potensi Kalimantan Barat di bidang perikanan cukup prospektif, baik perikanan laut maupun perairan umum. Jumlah rumahtangga perikanan pada tahun 2005 untuk perikanan laut dan perairan umum mengalami penurunan, sebaliknya perikanan budidaya meningkat cukup signifikan yaitu 61,82 persen dari tahun sebelumnya, dari 8.971 rumah tangga tahun 2004 menjadi 14.517 rumah tangga di tahun 2005. Untuk rumahtangga perairan laut dan peraian umum tahun 2004 masing-masing dari jumlah 8.008 rumahtangga dan 6.472 rumahtangga turun menjadi 7.422 ruta dan 4.928 ruta pada tahun 2005
 Sedangkan produksi perikanan untuk tahun 2005 perairan laut menunjukkan penurunan disebabkan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sedangkan perairan umum maupun budidaya perikanan menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi yaitu 44,34 persen dan 77,14 persen. Untuk produksi perikanan laut turun sebesar 6,98 persen, walaupun penurunan produksi perikanan laut lebih kecil dari kenaian perairan umum dan budi daya cukup berpengaruh terhadap total produksi diKalimantan Barat.menurun tetapi jika dilihat jika dilihat dari nilainya cukup besar sehingga sangat menguntungkan rumahtangga perikanan. Nilai produksi tertinggi dialami oleh sub sektor perikanan laut, disusul kemudian oleh peraairan umum , dan budidaya perikanan.
Jika dilihat dari alat penangkapannya rumahtangga perikanan di parairan laut sudah didominasi dengan kapal motor, berbeda dengan perairan umum yang masih didominasi perahu tanpa motor. Sedangkan untuk rumahtangga budidaya perikanan rata-rata penguasaan lahan bersih pemeliharaan seluas 0,71 Hektar.
Kehutanan 
Kalimantan Barat termasuk salah satu propinsi yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas setelah Irian Jaya, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, yaitu sekitar 6,39 persen dari luas kawasan hutan di Indonesia.
Luas kawasan hutan di Propinsi Kalimantan Barat Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.259/KPTS-II/2000 tanggal 31 Agustus 2001 adalah sebesar 9.178.760 ha yang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam kawasan lindung, hutan lindung memiliki luas terbesar yaitu 2.307.045 ha, setelah itu adalah hutan taman nasional seluas 1.252.895 ha. Selanjutnya dalam kawasan budidaya sebagian besar adalah untuk hutan produksi terbatas sebesar 2.445.985 ha dan 2.265.800 ha merupakan hutan produksi biasa. Sedangkan hutan produksi konversi hanya mencapai 514.350 ha

2.4.2. Sumber Daya Manusia
Penduduk yang berumur lima belas tahun ke atas merupakan penduduk usia kerja, di mana pada usia ini merupakan sumber tenaga kerja produktif yang dapat dimanfaatkan sebagai penggerak roda pembangunan. 
Komposisi penduduk yang bekerja di Provinsi Kalimantan Barat, masih didominasi oleh pekerja yang ber pendidikan rendah, yaitu sekitar 81,88 persen adalah tamat SLTP kebawah. Lapangan usaha yang paling dominan adalah sektor pertanian yaitu menyerap sekitar 63,87 persen threaded total angkatan kerja yang bekerja.
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 1.969.298 orang, dimana 1.830.244 orang yang bekerja (92,94 persen). Dengan demikian, angkatan kerja Kalimantan Barat yang belum terserap pada pasar kerja pada tahun 2006 adalah 139.054 jiwa. Hal ini mengindikasikan adanya pengangguran terbuka sebesar 7,06 persen. Sedangkan Untuk yang bukan angkatan kerja sebanyak 904.740 jiwa dimana sekitar 26,85 persennya karena bersekolah atau berjumlah 242.949 jiwa,, mengurus rumahtangga 521.354 jiwa (57,62 persen) dan lain-lain sebanyak 140.437 orang (15,52 persen) masing-masing terhadap total.
Statistik Antar Kerja
Pertumbuhan pencari kerja (terdaftar) daerah Kalimantan Barat dari tahun ke tahun berfluktuasi besarnya. Pada tahun 2005 pencari kerja tercatat sebesar 95.164 orang, menurun jika dibanding dengan tahun 2004 dan 2003 yang masing-masing mencapai 89.215 dan 33.962 orang
Jika melihat pertumbuhan pencari kerja daerah Kalimantan Barat pada tahun 2003-2005 amat pesat, diduga Ini merupakan salah satu dampak konsekuensi dari makin meningkatnya aktivitas pembangunan wilayah. Namun sayangnya, permintaan akan tenaga kerja selalu lebih rendah dari pada penawaran kerja sehingga munculnya pengangguran merupakan ekses yang tidak dapat dihindari.
Penyebaran penduduk yang tidak merata dapat menimbulkan berbagai permasalahan, misalnya kepincangan pembangunan daerah dan masalah sosial, ekonomi, budaya, hankamnas serta lainnya.  Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka telah diupayakan adanya perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya, khususnya dari daerah padat ke daerah yang kurang padat penduduknya seperti dari Pulau Jawa dan NTB ke Sumatera, Kalimantan, dan kawasan Indonesia Bagian Timur.
Transmigrasi
Realisasi penempatan transmigrasi menurut daerah asal tahun 2006 sebanyak 820 Kepala Keluarga (KK) atau sebanyak 3.257 Jiwa. Lokasi penempatan terbanyak di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Ketapang. Dilihat dari asal para transmigran khusus yang berasal dari luar Kalimantan Barat, terbanyak berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing sebanyak 189 KK dan 100 KK.
Transmigrasi yang berasal dari Jawa Tengah, sebagian besar ditempatkan di Kabupaten Ketapang yaitu sebanyak 84 KK, Kabupaten Pontianak 35 KK, dan Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 50 KK.
Secara umum, transmigrasi yang berasal dari luar Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 ditempatkan di empat wilayah Kabupaten yaitu berturut -turut dari yang terbanyak adalah Kabupaten Ketapang 125 KK, Kabupaten Kapuas Hulu 100 KK, Kabupaten Pontianak.



III.        POTENSI PERIKANAN DI WILAYAH KALIMANTAN BARAT

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi yang terletak di bagian barat pulau Kalimantan. Sama halnya dengan provinsi Kalimantan lainnya, provinsi ini pun memiliki potensi pengembangan perikanan budidaya utamanya air tawar disamping potensi perikanan budidaya laut dan potensi perikanan budidaya air payaunya.
Provinsi yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia ini, pada tahun 2009 produksi perikanan budidayanya telah mencapai 15.204,78 ton yang meningkat sebesar 7,37 persen dari tahun 2008 yaitu sebesar 14.161,44 ton. Komoditas unggulan untuk provinsi ini adalah ikan mas, nila, lele, bandeng, dan udang vannamei. Pada tahun 2009 produksi kelima komoditas tersebut menyumbang sebagian besar total produksi perikanan budidaya provinsi Kalimantan Barat.
Dengan luas wilayah 146.807 km2 dan didukung iklim tropis basah yang memiliki tingkat curah hujan yang relatif konstant setiap tahunnya serta suhu yang berkisar antara 26-27°C dengan kelembaban nisbi 90 % sebenarnya wilayah kalimantan barat memiliki prospektif perikanan yang sangat baik, ditambah lagi kondisi perairan laut, payau dan tawarnya terpenuhi secara geografis. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah lahan bersih untuk budidaya air tawar yang masih dimanfaatkan mencapai 77,14 % (BPS, 2007).
Selain itu, keadaan lahan di provinsi yang banyak rawa dan bergambut merupakan berkah tersendiri bagi masyarakat perikanan disana, utamanya untuk pengembangan perikanan budidaya dalam bentuk kolam. Komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan pada budidaya kolam antara adalah ikan mas, nila, jelawat, lele, toman betutu, patin , gurame dan udang yang galah. Kesemua komoditas ini sangat mudah ditemukan diperairan Kalimantan barat karena memang kondisi lahan dan perairannya yang sangat mendukung untuk kelangsungan hidupnya.
Potensi pengembangan budidaya pada provinsi Kalimantan barat masih sangat terbuka. Dari lahan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan perikanan budidaya hanya sedikit sekali yang sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di sana untuk berbudidaya ikan. Hanya sekitar 1 (satu) persen saja lahan atau sebesar 2005 ha yang sudah termanfaatkan dari total 158.793 ha lahan yang memiliki potensi usaha perikanan budidaya di provinsi kalimantan barat
            Tetapi tidak semua kabupaten dan kota yang memiliki potensi perikanan yang baik dan berkembang, hal ini dikarenakan tidak semua daerah berada di garis pantai maupun diwilayah perairan daratan. Potensi perikanan laut terbesar sendiri berasal dari kota madya Singkawang, potensi perikanan payau tetapi masih dalam tahap buiding berada pada kabupaten Kubu Raya dan Kayong Utara, kemudian untuk perikanan tawar hampir setiap kabupaten memiliki angka produksi perikanan air tawar hal ini didukung dengan pendirian sarana Balai Benih Ikan dibeberapa wilayah pada beberapa kabupaten.
1)             Kabupaten Kapuas Hulu
Kapuas hulu merupakan salah satu kabupaten yang berlokasi di wilayah paling utara kalimantan barat, dikenal pula dengan sebutan Uncak Kapuas karena letaknya dibagian atas (puncak). Kapuas Hulu memiliki kawasan hamparan banjir (floodplain) yang membentuk danau air tawar dengan nama danau sentarum dan sekarang dijadikan Taman Nasional sesuai keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 34/Kpts- II/1999 tanggal 4 Pebruari 1999.
Gambar 3.1. Danau Sentarum

Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 kilometer dari Pontianak. Secara administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan Semitau. Secara Geografis kawasan Taman Nasional terletak di antara 00º45´ - 01º02´ LU dan 111º55´ - 112º26´ BT atau berjarak sekitar 100 km di sebelah Utara garis Equator.
Topografi Danau Sentarum umumnya berbentuk cekungan datar atau lebak lebung yang merupakan daerah hamparan banjir yang dikelilingi oleh jajaran pegunungan, yaitu Pegunungan Lanjak di sebelah Utara,Pegunungan Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan dan Pegunungan Kelingkang di sebelah Barat.
Danau sentarum menjadi rumah bagi ratusan jenis ikan air tawar. Ikan air tawar di Taman Nasional Danau Sentarum tercatat sebanyak 265 jenis. Mulai dari yang kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax cf. Microps) sampai ikan Tapah (Wallago leeri), yang dapat mencapai ukuran lebih dari 200 cm. Jenis ikan untuk konsumsi seperti ikan Toman, Lais, Belida, Jelawat dan Patin terdapat di sini. Jenis ikan hias misalnya ikan Ulanguli (Botia macracantho) dan ikan Siluk Merah Super (Scleropages formosus). Selain kaya akan jumlah species, beberapa diantaranya merupakan jenis endemik dan langka,  misalnya saja terdapat 13 jenis ikan yang tergolong dalam species baru (new species).
Gambar 3.2. Ikan Ulanguli (Botia macracanthus)

Sepanjang aliran danau juga terdapat beberapa keramba bambu milik swasta. Budidaya ikan yang warga sekitar sentarum lakukan kebanyakan jenis ikan lele, kepiting dan ada beberapa yang melakukan budidaya sekaligus menjual panganan ikan buntal (puff). Sektor perikanan sangat tampak dari hasil tangkap warga. Warga sekitar danau kebanyakan menggantungkan hidup dari menangkap ikan sungai secara tradisonal menggunakan jala (pukat). Jenis ikan sungai yang memiliki nilai ekonomi tinggi diwilayah ini antara lain ikan seluang (rasbora sp), ikan tapah, ikan pating (pangasius sp) dan ikan lais/selais/seles.
2)             Kabupaten dan Kota Madya Pontianak
Sungai kapuas yang menjadi ikon provinsi Kalimantan barat disamping tugu khatulistiwa menyimpan potensi pengembangan budidaya perairan tawar. Sepanjang sungai kapuas saat ini telah berkembangan banyak kelompok pembudidaya yang membudidayakan ikan mas dan ikan nila menggunakan media karamba jaring apung dan karamba jaring tancap. Komoditas yang sering dan dapat dikembangkan disini adalah ikan mas, ikan nila, ikan patin, ikan gurame, ikan lele, jelawat dan toman. Peluang untuk pengembangan budidaya karamba jaring apung dan jaring tancap masih terbuka lebar.
Gambar 3.3. Aliran Utama Sungai Kapuas (captured : Tol Landak /Kapuas II)

Sungai yang bermuara di selat karimata ini memiliki panjang total 1.143 km2, dan 680 km2 dari panjang total berada di Kalimantan Barat ini membagi dua kabupaten Pontianak (Siantan dan Pontianak kota). Sungai ini menjadi rumah bagi 300 jenis ikan sungai, dan 25 % diantaranya ikan endemik kalimantan (Dislautkan Prov, 2010).
Potensi perikanan yang ada selain ikan konsumsi, terdapat juga budidaya ikan hias yang menjadi ikon Kalimantan Barat yaitu ikan arwana atau dalam bahasa setempat disebut ikan silok. Budidaya ikan arwana ini tergolong budidaya skala besar. Anakan arwana akan diekspor ke China, Thailand dan Singapore. Harga untuk benih arwana jenis super red berukuran 1-2 cm berkisar antara Rp. 500,000 hingga 750.000 tergantung kecerahan warna.
Dapat dilihat bahwa potensi perikanan di wilayah kabupaten Pontianak dan Kodya Pontianak memiliki potensi sangat baik, hanya saja dibutuhkan pengelolaan lanjut untuk beberapa keramba apung yang ada, karena tata letaknya sepanjang sungai kapuas kurang tertata.
3)             Kabupaten Kubu Raya dan Kayong Utara
            Kabupaten Kubu Raya dan kabupaten Kayong Utara merupakan dua kabupaten baru yang keduanya terbentuk pada tahun 2007. Kabupaten Kubu Raya merupakan pecahan dari kabupaten Pontianak, sedangkan kabupaten Kayong Utara merupakan pecahan dari kabupaten Ketapang.
            Kedua kabupaten ini menjadi Sentral Konservasi Pesut (Orcaella brevirostris). Keberadaan pesut sejak tahun 2006 dinyatakan punah dari sungai-sungai dan perairan payau di Kalimantan. Tetapi, pada pertengahan februari 2012 lalu, Tim WWF indonesia beserta Badan Pengembangan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSDPL) berhasil mengidentifikasi dan membuktikan keberadaan Pesut putih atau lumba-lumba punggung bungkuk.
            Penemuan hewan langka ini membuat Dinas Perikanan dan Kelautan (Dislautkan) Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan Perda Provinsi Kalbar No 4 tahun 2009 Pasal 14 mengenai Pemanfatan Wilayah Posisir poin konservasi mengambil keputusan membuat wilayah konservasi terpadu khusus hewan ini.
            Kedua kabupaten ini bukan merupakan sentra perikanan ekonomi dan ikan hias, melainkan dijadikan sebagai wilayah pelestarian Pesut yang sebelumnya dinyatakan punah. Kedepannya, setelah wilayah konservasi terbentuk, pemerintah beserta tim WWF akan mendatangkan tim genetika dan breeder untuk mempelajari genetika dan perkembangbiakan Pesut, sehingga diharapkan dapat dilakukan perkawinan atau pemijahan buatan pada Pesut.
4)             Kabupaten Sambas
Kabupaten sambas memiliki potensi perikanan berupa wilayah konservasi dan pelestarian penyu hijau (Chelonia mydas) yang terdapat di wilayah pantai Paloh, kecamatan Paloh.
            Wilayah konservasi ini didirakan oleh WWF bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Sambas pada tahun 2009. Berdasarkan data dari WWF (2011), pada awal tahun konservasi telah berhasil menyelamatkan 93 % telur dari penjarahan dan pencurian, 14.980 ekor tukik berhasil dilepaskan kelaut lepas pada tahun penetasan pertama.
            Hal ini merupakan upaya pelestarian dan pertahanan potensi perikanan laut dalam bentuk konservasi penyu.
5)             Kota Madya Singkawang
            Kota Madya Singkawang merupakan wilayah yang memiliki sumber daya perikanan laut dan wisata bahari paling luas di Kalimantan Barat. Kebanyakan penduduknya memang menggantungkan hidup dari bertani, menangkap ikan (nelayan) dan berdagang.
            Kota yang dikenal dengan kota Amoy ini, tidak hanya memiliki puluhan lokasi wisata berupa taman bermain dan taman bunga, wisata Klenteng dan Vihara tua, tetapi juga wisata pantai (bahari) dan baru-baru ini menjadi surga diving and snorkling bagi para pecinta keindahan bawah laut.
            Salah satu tempat yang menjadi surga diving and snorkling adalah pulau Lemukutan, yang berada di Teluk Suak. Pulau ini termasuk kedalam wilayah Kalimantan Barat karena masih dalam batas perairan Kalimantan Barat.
Gambar 3.4. Pulau Lemukutan

            Penduduk asli pulau ini hampir 60 % berprofesi sebagai nelayan tradisional, 22,34 % sebagai pembudidaya rumput laut jenis Euchema cottoni, 10,23 % menangkap ikan dengan jermal (dalam bahasa setempat disebut bagan) dan pengusaha keramba jaring apung sisanya menggantungkan hidup dari bertani (BPS Kab. Bengkayang, 2012).
Gambar 3.5. Jermal-jermal yang berada di Pantai Kabung, Pulau Lemukutan

Selain itu wilayah ini menjadi wilayah konservasi terumbu karang dan beberapa spesies ikan hias air laut, salah satu yang paling banyak ditemukan adalah ikan Clown (Amphiprion ocellaris). Wilayah pulau Lemukutan juga dijadikan sebagai tempat penetasan telur penyu dan release tukik.